Wisata Religi: Ziarah Wali Lima, Jawa Timur "Religious Tourism: Wali Lima Pilgrimage , East Java"

Penyebaran Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur. Lima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban. Mereka inilah yang dikenal dengan sebutan Wali Lima. Makam wali lima merupakan salah satu tujuan destinasi wisata religi di Jawa Timur.
Biasanya masyarakat yang datang berziarah ke makam wali lima bertujuan untuk berdo'a dan bermunajat kepada Allah agar terkabul setiap apa yang dinginkan. Jadi masyarakat selain berwisata juga mendapatkan ketenangan batin. Berikut ini disajikan review mengenai ziarah wali lima.

The spread of Islam in East Java can not be separated from the role of Walisongo. "wali lima" among nine "wali" who spread Islam on the island of Java are in the area of ​​East Java. Five guardians are Sunan Ampel in Surabaya, Sunan Gresik in Gresik, Sunan Giri in Gresik, Sunan Drajat in Lamongan, and Sunan Bonang in Tuban. They are well-known as Wali Lima. The Tomb of "wali lima" is one of religious tourism destinations in East Java.
Usually the people who come to pilgrimage in the tomb of  "wali lima" aims to pray and honor God to be granted whatever their desired. So in addition of this travel, people also get peace of mind. The following is a review of the "wali lima" pilgrimage

1. Sunan Ampel (Raden Rahmat) - Surabaya
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Menurut riwayat ia adalah putra dari Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seseorang putri Champa yang bernama Dewi Chondro Wulan Binti Raja Champa terakhir Dinasti Ming. Sunan Ampel dianggap sebagai sesepuh/ bapak oleh parawali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama islam tertua di Jawa. ia menikah dengan Dewi Condro Wati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri Adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang, Siti Syari'ah, Sunan Derajat, Sunan Sedayu, Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah, Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning berputera: Dewi Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zainal Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel ), Makam Sunan Ampel Terletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
Sunan Ampel was originally named Raden Rahmat, the 22nd descendant of the Prophet Muhammad. According to the narration he is the son of Ibrahim Zainuddin Al-Akbar and a daughter of Champa named Dewi Chondro Wulan Binti King Champa last Ming Dynasty. Sunan Ampel is considered an elder/ father by other sovereigns. The pesantren is located in Ampel Denta, Surabaya, and this is one of the oldest centers of Islamic spreading in Java. he is married to Condro Wati goddess who holds Nyai Ageng Manila, daughter of Duke of Tuban named Arya Teja and married also with Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Wedding Sunan Ampel with Dewi Condrowati or Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, had child: Sunan Bonang, Siti Syari'ah, Sunan Derajat, Sunan Sedayu, Siti Muthmainnah and Siti Hafsah, Wedding Sunan Ampel with Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning had child: Dewi Murtasiyah (Sunan Demak), Prince Tumapel and Raden Faqih (Sunan Ampel 2), The tomb of Sunan Ampel located near Ampel Mosque, Surabaya.

2. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) - Gresik
Maulana Malik Ibrahim  disebut juga Sunan Gresik atau Sunan Tandhes atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Maulana Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran gresik. Pada Tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat dan dimakamkan di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Maulana Malik Ibrahim is also called Sunan Gresik or Sunan Tandhes or Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo. Maulana Malik Ibrahim is generally regarded as the first "wali" to propagate Islam in Java. He taught new ways of farming and many embracing the common people, the Javanese people who were marginalized by the end of Majapahit rule. Maulana Malik Ibrahim tried to attract the hearts of people who were hit by economic crisis and civil war. He built a cottage for religious learning in Leran gresik. In the Year 1419 Maulana Malik Ibrahim died and was buried in the village Gapura Wetan, Gresik, East Java.

3. Sunan Giri (Raden Paku atau Ainul Yaqin) - Gresik
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di wilayah Giri Kedaton Gresik, selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia Timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal adalah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
 
Sunan Giri is the son of Maulana Ishaq. Sunan Giri is the 23rd descendant of the Prophet Muhammad, a disciple of Sunan Ampel and colleagues of Sunan Bonang. He established an independent government in the territory of Giri Kedaton Gresik, subsequently acting as the center of Islamic da'wah in Java and East Indonesia, even to the Maluku islands. One of his most famous descendants is Sunan Giri Prapen, who spread Islam to the areas of Lombok and Bima.


4. Sunan Drajat (Raden Qasim) - Lamongan
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.
Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam ia menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/ 1520 masehi.
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyer-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.
Sunan Drajat aproximaly have been born in 1470 AD. His first name is Raden Qasim, then got the title of Raden Syarifudin. He is the son of Sunan Ampel, and siblings with Sunan Bonang. As an adult, Sunan Drajat founded Dalem Duwur pesantren in the village of Drajat, Paciran, Lamongan District.
Sunan Drajat who has a small name Syarifudin or raden Qosim son Sunan Ampel famous for his intelligence. After mastering the lessons of Islam he spread Islam in the village of Drajat as a land in the district of Paciran. This place is given by the kingdom of Demak. He was given the title Sunan Mayang Madu by Raden Patah in the year 1442/1520 saka.
The tomb of Sunan Drajat can be reached from Surabaya and Tuban through Daendels Street (Anyar-Panarukan), but if through Lamongan can be taken 30 minutes by private vehicle.

5. Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) - Tuban
Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat dia meninggal, kabar wafatnya dia sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi dia sampai ingin membawa jenazah dia ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian dia. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.
Sunan Bonang was born in 1465, under the name Raden Maulana Makdum Ibrahim. He is the son of Sunan Ampel and Nyai Ageng Manila. Bonang is a village in Rembang district. The name of Sunan Bonang is allegedly Bong Ang in the name of the Bong clan as his father's name Bong Swi Hoo or Sunan Ampel.
Sunan Bonang died in 1525 AD, and today his original grave is in Bonang Village. However, a frequent pilgrimage is his grave in the city of Tuban. The location of the Sunan Bonang tomb, there are two because it is said, when he died, the news of his death he reached a student who came from Madura. The disciple deeply admired him until he wanted to take his body to Madura. However, the student can not carry it and can only bring his shroud and clothes. When passing through Tuban, there is a disciple of Sunan Bonang who came from Tuban who heard there are students from Madura who carry the body of Sunan Bonang. They fight over it.

Wisata Religi: Ziarah Wali Lima, Jawa Timur "Religious Tourism: Wali Lima Pilgrimage , East Java" Wisata Religi: Ziarah Wali Lima, Jawa Timur "Religious Tourism: Wali Lima Pilgrimage , East Java" Reviewed by Seputar Sarjana on October 30, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.